Generasi harapan; merekalah generasi muda.Merekalah yang mendominasi jumlah pasukan yang berjihad bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Sebagian besar penceramah dan singa podium di masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga generasi muda. Para utusan dan ajudan Rasulullah juga generasi muda. Generasi muda yang seperti inilah yang menjadi orang-orang pilihan, menjadi pelita hidup dan menjadi panutan yang dapat dibanggakan. Dan inilah generasi kita saat ini. Generasi yang sangat bertolak belakang dengan generasi sahabat. Mereka larut dengan arus syahwat yang mendera dan arus syubhat yang mengalir. Sehingga cahaya dan pelita hidup yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam semakin redup dan hampir tak bersinar lagi.
Mereka adalah generasi muda yang tidak pernah menghadiri acara ceramah agama. Enggan menghadiri kajian yang membahas tentang keistiqamahan
(komitmen terhadap ajaran Islam) dan perbaikan diri. Generasi muda yang tidak menjaga shalat lima waktu, apalagi secara berjamaah. Padahal, mereka mengaku
cinta Allah dan Rasul-Nya.
Tapi, sebenarnya di dalam hati mereka, masih terdapat sisa-sisa pancaran iman. Iman itu sama sekali belum tercabut dari hati pemuda kita. Biji
dan pancaran iman itu masih terasa dan masih ada.
Meski sebagian di antara mereka lebih suka mendengarkan nyanyian-nyanyian cengeng dan murahan daripada mendengarkan ayat-ayat Allah. Walaupun kebanyakan dari mereka lebih gemar membuka dan membaca majalah-majalah mesum pengumbar dosa daripada membuka dan mengkaji hadits-hadits Nabi yang diwariskan oleh sang pendidik kebaikan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Tapi, mereka masih memiliki fitrah. Di lubuk hati mereka yang paling dalam terukir kalimat “Lâ ilâha illallâh, Muhammadun Rasûlullâh”. Ketika kepala mereka keluar dari perut ibu mereka menuju permukaan bumi, masing-masing membawa prinsip tauhid
(pengesaan Allah). Allah eberfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap hal ini (ke-Esaan Allah)”.” (QS. Al A’râf: 172).
Sesungguhya di dalam jiwa generasi muda masih terdapat rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya e. Cinta mereka akan tampak ketika terjadi berbagai benturan.
Contoh, kita mungkin pernah melihat seorang pemuda yang memegang rokok di tangan kanannya dan memegang majalah porno di tangan kirinya. Kita mendapatinya sering bermain dan lalai. Kita mendapatinya menyandang dan memainkan senar gitar dan alat-alat musik lainnya. Namun jangan coba menghina dan mengejek Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam di hadapannya, karena dia akan mempertaruhkan jiwanya dengan harga murah, untuk menghajar penghina itu.
Sebagian generasi ini ada yang tidak melaksanakan shalat—padahal orang yang meninggalkan shalat adalah kafir (menurut salah satu pendapat ulama). Namun
manakala dia dipanggil dengan “Wahai orang kafir”, maka dia akan murka dan siap menyerang, bahkan akan mempertaruhkan nyawanya. Karena baginya,
kekafiran adalah dosa dan aib yang paling besar.
Mereka tidak akan rela bila kita memanggilnya dengan “Wahai orang fasik!”, “Wahai orang kafir!”. Dia juga tidak akan rela bila kita merobek-robek al-Qur’an.
Sebenarnya, generasi seperti ini, masih jauh lebih baik dan lebih utama daripada generasi kesesatan—semoga Allah memberi mereka petunjuk—yaitu mereka yang
mengambil al-Qur’an, lalu merobek-robeknya di jalan-jalan raya dan menginjak-nginjaknya dengan sepatu-sepatu berlaras. Mereka jauh lebih terhormat daripada para penyeru kesesatan, yaitu orang-orang yang bergerombol di jalan-jalan, berteriak-teriak menolak hukum Allah dengan keangkuhan.
Hanya saja, apabila generasi harapan ini terus-menerus dalam kelalaian, hal ini akan menjadi ancaman dan bahaya yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat dan umat Islam.
Generasi muda sebagai harapan umat, mengapa tak memikirkan nikmat Allah Subhanahu Wata'alaang sangat banyak dan agung ini. Allah telah memberikan mata, pendengaran, hati, dan berbagai karunia yang sangat banyak kepadanya. Allah juga telah memberikan usia muda, kekuatan, dan harta benda kepadanya.
Apakah semua itu hanya akan dibalas dengan bermain, dan menyia-nyiakan berbagai nikmat dan karunia yang besar ini? Apakah balasan nikmat kesehatan, kesempatan, dan harta adalah dengan pergi ke tempat-tempat hiburan? Beginikah kita membalas semua karunia ini? Beginikah cara kita membalas semua kebaikan ini?
Seseorang di antara mereka ada yang seperti tiang kapal yang kokoh dan berbadan kekar! Akan tetapi, ketika waktu shalat tiba, dia sama sekali tak bergeming. Tidak beranjak pergi. Allah Uberfirman, artinya, “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.”(QS. Al Munâfiqûn: 4). Seseorang di antara mereka, ada pula yang begitu semangat menghajar saudaranya sesama pelajar lantaran hal sepele, namun ketika melihat saudarinya diganggu lelaki hidung belang, dia tak mampu menggerakkan tangannya untuk membelanya.
Kita bertanya kepada para generasi muda harapan Islam: Apakah Anda rela menerima keadaan Anda seperti ini? Relakah Anda kelak menerima anak Anda seperti diri Anda, baik itu sebagai pelajar atau pun mahasiswa yang gemar tawuran? Sebagai pengedar atau pun konsumen narkotika? Meninggalkan shalat, atau bersama
nyanyian-nyanyian cengeng dan murahan, atau terbelenggu nafsu syahwatnya?
Demi Allah, seorang pemuda yang berakal sehat, tak akan rela dengan semua ini! Tetapi—Maha Suci Allah, hawa nafsu itu sungguh membutakan. Barangkali kalau kita mengingatkan pemuda ini dengan seseorang yang disiksa di dalam api neraka, mungkin dia akan menangis. Tetapi dirinya sendiri tidak
merenungkannya dan tidak mengajaknya untuk menghayatinya. Sesungguhnya pintu taubat senantiasa masih terbuka lebar untuk kita semua. Pintu
itu tidak akan ditutup, sampai matahari terbit dari arah barat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya pada setiap malam, Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya, agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari bertaubat. Allah juga membentangkan tangan-Nya pada siang hari, agar orang yang berbuat kejelekan pada malam hari bertaubat, sampai matahari terbit dari arah barat.”(HR. Muslim).
Maka marilah kita semua segera bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala.Generasi Muda, Mereka yang Istiqamah, Mereka yang dihina, dikucilkan, hanya karena mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan dituduh dengan tuduhan bahwa mereka menganut agama baru, kader-kader teroris! Orang-orang kafir itu mengejek orang-orang Islam dengan mengatakan, “Kalau al-Qur’an ini benar, tentu kami lebih dahulu beriman kepadanya daripada mereka orang-orang miskin dan lemah, seperti Bilal, ‘Ammar, Shuhaib, Khabbab, dan sebagainya.” Mereka berkata sebagaimana dikutip dalam al-Qur’an, “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal orang-orang yang mengikuti kamu adalah orang-orang hina?”(QS. Asy-Syu’arâ: 111).
Banyak generasi muda yang komitmen terhadap agama ini telah diuji dengan berbagai fitnah, tuduhan, serta komentar pahit dari para durjana, hanya karena mereka mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Mereka tidak mengomentari orang-orang yang mencukur jenggotnya, mengapa ia mencukurnya? Mereka juga tidak mengomentari orang-orang yang memanjangkan pakaiannya melewati mata kaki, mengapa ia memanjangkannya?
Mana komentar mereka terhadap perempuan-perempuan berpakaian seronok dan tak bermoral, mengapa mereka mengenakannya? Tidak juga kepada orang yang minum arak, mengapa dia minum arak? Tidak pula kepada orang yang menenteng majalah mesum dan porno, mengapa dia membawa majalah tersebut? Tapi, mereka justru memberikan komentar miring kepada hamba-hamba Allah, hanya karena mereka ingin mengikuti dan menegakkan sunnah junjungan mereka; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam .
Dari berbagai sumber
Mereka adalah generasi muda yang tidak pernah menghadiri acara ceramah agama. Enggan menghadiri kajian yang membahas tentang keistiqamahan
(komitmen terhadap ajaran Islam) dan perbaikan diri. Generasi muda yang tidak menjaga shalat lima waktu, apalagi secara berjamaah. Padahal, mereka mengaku
cinta Allah dan Rasul-Nya.
Tapi, sebenarnya di dalam hati mereka, masih terdapat sisa-sisa pancaran iman. Iman itu sama sekali belum tercabut dari hati pemuda kita. Biji
dan pancaran iman itu masih terasa dan masih ada.
Meski sebagian di antara mereka lebih suka mendengarkan nyanyian-nyanyian cengeng dan murahan daripada mendengarkan ayat-ayat Allah. Walaupun kebanyakan dari mereka lebih gemar membuka dan membaca majalah-majalah mesum pengumbar dosa daripada membuka dan mengkaji hadits-hadits Nabi yang diwariskan oleh sang pendidik kebaikan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Tapi, mereka masih memiliki fitrah. Di lubuk hati mereka yang paling dalam terukir kalimat “Lâ ilâha illallâh, Muhammadun Rasûlullâh”. Ketika kepala mereka keluar dari perut ibu mereka menuju permukaan bumi, masing-masing membawa prinsip tauhid
(pengesaan Allah). Allah eberfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap hal ini (ke-Esaan Allah)”.” (QS. Al A’râf: 172).
Sesungguhya di dalam jiwa generasi muda masih terdapat rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya e. Cinta mereka akan tampak ketika terjadi berbagai benturan.
Contoh, kita mungkin pernah melihat seorang pemuda yang memegang rokok di tangan kanannya dan memegang majalah porno di tangan kirinya. Kita mendapatinya sering bermain dan lalai. Kita mendapatinya menyandang dan memainkan senar gitar dan alat-alat musik lainnya. Namun jangan coba menghina dan mengejek Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam di hadapannya, karena dia akan mempertaruhkan jiwanya dengan harga murah, untuk menghajar penghina itu.
Sebagian generasi ini ada yang tidak melaksanakan shalat—padahal orang yang meninggalkan shalat adalah kafir (menurut salah satu pendapat ulama). Namun
manakala dia dipanggil dengan “Wahai orang kafir”, maka dia akan murka dan siap menyerang, bahkan akan mempertaruhkan nyawanya. Karena baginya,
kekafiran adalah dosa dan aib yang paling besar.
Mereka tidak akan rela bila kita memanggilnya dengan “Wahai orang fasik!”, “Wahai orang kafir!”. Dia juga tidak akan rela bila kita merobek-robek al-Qur’an.
Sebenarnya, generasi seperti ini, masih jauh lebih baik dan lebih utama daripada generasi kesesatan—semoga Allah memberi mereka petunjuk—yaitu mereka yang
mengambil al-Qur’an, lalu merobek-robeknya di jalan-jalan raya dan menginjak-nginjaknya dengan sepatu-sepatu berlaras. Mereka jauh lebih terhormat daripada para penyeru kesesatan, yaitu orang-orang yang bergerombol di jalan-jalan, berteriak-teriak menolak hukum Allah dengan keangkuhan.
Hanya saja, apabila generasi harapan ini terus-menerus dalam kelalaian, hal ini akan menjadi ancaman dan bahaya yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat dan umat Islam.
Generasi muda sebagai harapan umat, mengapa tak memikirkan nikmat Allah Subhanahu Wata'alaang sangat banyak dan agung ini. Allah telah memberikan mata, pendengaran, hati, dan berbagai karunia yang sangat banyak kepadanya. Allah juga telah memberikan usia muda, kekuatan, dan harta benda kepadanya.
Apakah semua itu hanya akan dibalas dengan bermain, dan menyia-nyiakan berbagai nikmat dan karunia yang besar ini? Apakah balasan nikmat kesehatan, kesempatan, dan harta adalah dengan pergi ke tempat-tempat hiburan? Beginikah kita membalas semua karunia ini? Beginikah cara kita membalas semua kebaikan ini?
Seseorang di antara mereka ada yang seperti tiang kapal yang kokoh dan berbadan kekar! Akan tetapi, ketika waktu shalat tiba, dia sama sekali tak bergeming. Tidak beranjak pergi. Allah Uberfirman, artinya, “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.”(QS. Al Munâfiqûn: 4). Seseorang di antara mereka, ada pula yang begitu semangat menghajar saudaranya sesama pelajar lantaran hal sepele, namun ketika melihat saudarinya diganggu lelaki hidung belang, dia tak mampu menggerakkan tangannya untuk membelanya.
Kita bertanya kepada para generasi muda harapan Islam: Apakah Anda rela menerima keadaan Anda seperti ini? Relakah Anda kelak menerima anak Anda seperti diri Anda, baik itu sebagai pelajar atau pun mahasiswa yang gemar tawuran? Sebagai pengedar atau pun konsumen narkotika? Meninggalkan shalat, atau bersama
nyanyian-nyanyian cengeng dan murahan, atau terbelenggu nafsu syahwatnya?
Demi Allah, seorang pemuda yang berakal sehat, tak akan rela dengan semua ini! Tetapi—Maha Suci Allah, hawa nafsu itu sungguh membutakan. Barangkali kalau kita mengingatkan pemuda ini dengan seseorang yang disiksa di dalam api neraka, mungkin dia akan menangis. Tetapi dirinya sendiri tidak
merenungkannya dan tidak mengajaknya untuk menghayatinya. Sesungguhnya pintu taubat senantiasa masih terbuka lebar untuk kita semua. Pintu
itu tidak akan ditutup, sampai matahari terbit dari arah barat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
{إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ
النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا}
النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا}
“Sesungguhnya pada setiap malam, Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya, agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari bertaubat. Allah juga membentangkan tangan-Nya pada siang hari, agar orang yang berbuat kejelekan pada malam hari bertaubat, sampai matahari terbit dari arah barat.”(HR. Muslim).
Maka marilah kita semua segera bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala.Generasi Muda, Mereka yang Istiqamah, Mereka yang dihina, dikucilkan, hanya karena mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan dituduh dengan tuduhan bahwa mereka menganut agama baru, kader-kader teroris! Orang-orang kafir itu mengejek orang-orang Islam dengan mengatakan, “Kalau al-Qur’an ini benar, tentu kami lebih dahulu beriman kepadanya daripada mereka orang-orang miskin dan lemah, seperti Bilal, ‘Ammar, Shuhaib, Khabbab, dan sebagainya.” Mereka berkata sebagaimana dikutip dalam al-Qur’an, “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal orang-orang yang mengikuti kamu adalah orang-orang hina?”(QS. Asy-Syu’arâ: 111).
Banyak generasi muda yang komitmen terhadap agama ini telah diuji dengan berbagai fitnah, tuduhan, serta komentar pahit dari para durjana, hanya karena mereka mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Mereka tidak mengomentari orang-orang yang mencukur jenggotnya, mengapa ia mencukurnya? Mereka juga tidak mengomentari orang-orang yang memanjangkan pakaiannya melewati mata kaki, mengapa ia memanjangkannya?
Mana komentar mereka terhadap perempuan-perempuan berpakaian seronok dan tak bermoral, mengapa mereka mengenakannya? Tidak juga kepada orang yang minum arak, mengapa dia minum arak? Tidak pula kepada orang yang menenteng majalah mesum dan porno, mengapa dia membawa majalah tersebut? Tapi, mereka justru memberikan komentar miring kepada hamba-hamba Allah, hanya karena mereka ingin mengikuti dan menegakkan sunnah junjungan mereka; Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam .
Dari berbagai sumber